Banyak serangan yang dilancarkan para khalifah islam dalam rangka
penaklukan konstantinopel dalam rentang waktu 800 tahun lamanya. Namun
semuanya mengalami kegagalan sampai penyerangan terakhir yang dilakukan
oleh sultan muhammad II yang bergelar muhammad Al-Fatih. Usaha pertama
untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H. / 654 M. pada
masa pemerintahan Usman bin Affan. Dia mengirimkan Muawiyah bin Abu
Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung dan
menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan oleh
kokohnya pertahanan Konstantinopel.
Pada masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang dilancarkan :
Pertama;
yang dilakukan pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. Dalam usaha
penaklukan itu Abu Ayub Al-Anshari syahid, sebelum wafat Abu Ayyub
sempat berwasiat jika wafat ia meminta dimakamkan di titik terjauh yang
bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap
dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di
wilayah Golden Horn.
Kedua; adalah yang dilakukan pada masa
Sulthan Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H . Pada saat itu dia
mengirimkan pasukan tentara sejumlah 20.000 orang dan sekitar seratus
perahu untuk mengepung dan menaklukkan Konstantinopel. Pengepungan
Konstantinopel berlangsung berbulan bulan dengan pasukan yang dalam
kondisi kritis karena keinginan kuat sang khalifah dalam menaklukkan
Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga berhasil akibat suhu udara
yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian ditarik mundur oleh Umar bin
Abdul Aziz setelah dirinya menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik yang
mangkat pada saat tentara masih berada di medan pertempuran.
Di
masa khilafahan Abbasiyah berlangsung serangan yang demikian intensif
ke Byzantium, namun demikian usaha ini belum sampai menyentuh
Konstantinopel walaupun serangan itu telah menimbulkan gejolak di dalam
negeri Byzantium, khususnya serangan yang dilakukan oleh Khalifah Harun
Ar-Rasyid pada tahun 190 H. Setelah itu upaya penaklukan
Konstantinopel dilanjutkan oleh Kesultanan Islam Saljuk di Asia Kecil;
seperti Sulthan Alib Arsalan yang telah berhasil mengalahkan tentara
Kaisar Rumanos dari Romawi dengan pasukannya yang berjumlah kurang
lebih 200.000 personil hanya dengan tentara Islam sejumlah 15.000
personil dalam Perang Manzikart pada tahun 464 H/1070 M. Kemenangan
Spektakuler ini merupakan titik perubahan penting dalam sejarah Islam.
Sebab peristiwa ini telah melemahkan pengaruh Romawi di Asia Kecil yang
tak lain adalah wilayah-wilayah strategis kekaisaran Byzantium.
Ketika
kekhilafahan Abbasiyah yang beribukota di Baghdad dihancurkan oleh
serbuan pasukan Mongolia, muncullah Utsman peletak dasar Kekhilafahan
Utsmaniyah. Dengan kekuasaan yang baru lahir dia telah berhasil
menembus laut Marmarah, dengan bala tentaranya dia berhasil membayangi
dua kota utama Byzantium kala itu yakni Azniq dan Burshah. Setelah
wafatnya Utsman, Khalifah penggantinya Orkhan melanjutkan misi
pendahulunya. Tahun 727 H/1327M Nicomedia sebuah kota yang berada di
barat laut Asia kecil dekat kota Konstantinopel berhasil ditaklukan.
Sulthan
Orkhan sangat peduli untuk merealisasikan apa yang pernah dikabarkan
oleh Rasulullah SAW tentang akan ditaklukkannya Konstantinopel. Dia
telah melakukan langkah-langkah strategis untuk melakukan pengepungan
terhadap ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur pada saat yang
bersamaan, agar bisa merealisasikannya, dia mengirim anaknya yg bernama
Sulaiman untuk melintasi selat Dardanela dan memerintahkannya agar
menguasai beberapa wilayah di sebelah barat. Tahun 758 H Sulaiman
berhasil menyeberangi selat Dardanil pada malam hari bersama pasukan
kavaleri, tatkala sampai di tepi barat, mereka berhasil mengambil alih
beberapa kapal milik tentara Romawi yang sedang berada ditempat itu,
lalu mereka membawa kapal–kapal ke tepi timur, mengingat tentara
Utsmani belum memiliki armada laut sebab kekuasaan mereka baru saja
berdiri. Di tepi timur inilah, Sulaiman memerintahkan pasukannya untuk
menaiki kapal-kapal itu yang membawa mereka ke pantai Eropa. Mereka
mampu menaklukkan benteng Tarnab, dilanjutkan ke Ghalmabuli yang di
dalamnya ada benteng Jana dan Apsala serta Rodestu, semuanya berada di
selat Dardanela yang berada diutara dan selatan.
Dengan begitu
Sulthan Orkhan telah melakukan sebuah langkah penting dan membuka jalan
bagi pemimpin yang datang setelahnya untuk menaklukkan Konstantinopel.
Di Eropa, tentara Utsmani melakukan penaklukan di wilayah-wilayah yang
dikuasai oleh Byzantium, Pada tahun 762 H./1360 M., Sulthan Murad I
mengusai Adrianopel ( Edirne ), sebuah kota yang sangat strategis di
Balkan dan dianggap sebagai kota kedua setelah Konstantinopel oleh
Byzantium. Dia menjadikan kota ini sebagai ibukota pemerintahannya
sejak tahun 768H./1366M. Pada masa kepemimpinan Sulthan Bayazid I
terjadi pengepungan Konstantinopel dgn pasukan yang dipimpinnya sendiri
hingga membuat Konstantinopel hampir menemui keruntuhannya. Namun
karena munculnya sebuah bahaya baru (Timur Lenk) yang mengancam
pemerintahan Utsmani akhirnya Sulthan Bayazid menarik mundur
pengepungan tersebut.
Pada masa pemerintahan Sulthan Murad II
beberapakali usaha penaklukkan Kota Konstantinopel dilakukan. Bahkan di
masanya pasukan Islam beberapakali mengepung kota ini. Adalah Sulthan
Muhammad II putera Sulthan Murad II yang melanjutkan penaklukkan
Konstantinopel baik dari ayahnya maupun pendahulunya, dalam rangka
penaklukan konstantinopel dia berusaha untuk memperkuat kekuatan
militer Utsmani dari segi kwantitas hingga mencapai 250.000 personil.
Selain membekali pasukan dengan kemampuan tempur dia juga menanamkan
semangat Jihad, Sulthan selalu mengingatkan mereka akan pujian
Rasulullah pada pasukan yang mampu membuka Kota Konstantinopel. Dia
selalu berharap, tentara yang dimaksud Rasulullah adalah tentaranya.
Hal ini memberikan dorongan moral serta ruhiyyah yang sangat kuat di
benak pasukannya. Selain itu ia juga memperkuat infrastruktur angkatan
bersenjata dan modernisasi peralatan tempur, dengan membangun benteng
Romali Hisyar di wilayah selatan Eropa di selat Bosphorus pada sebuah
titik yang paling strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah
dibangun pendahulunya yaitu Sulthan Bayazid di daratan Asia, beliau
juga menyiapkan meriam2 yang berukuran sangat besar dalam penaklukan
kali ini.
Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II telah
mengadakan perjanjian dengan kerajaan yang berbatasan langsung dengan
konstantinopel diantaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan
Galata yang bersebelahan dengan Byzantine. Ini merupakan strategi yang
penting supaya seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu
tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.
Selain itu, dalam
mempersiapkan penaklukan kota Konstantinopel, Sulthan juga memperkuat
armada laut Utsmani mengingat Konstantinopel adalah sebuah kota laut,
yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan armada
laut. Disebutkan bahwa kapal perang yang telah dipersiapkan berjumlah
400 unit. Meriam-meriam besar telah digerakkan dari Adrianopel menuju
Konstantinopel dalam jangka waktu dua bulan.
Keseriusan Sultan
Muhammad II telah mendorong Kaisar Byzantium berusaha mendapatkan
pertolongan dari negara-negara Eropa. Beliau memohon pertolongan dari
gereja Katholik roma , sedangkan ketika itu semua gereja di
Costantinopel menjadi beraliran Orthodoks. Demi mendapatkan bantuan
Constantine XI Paleologus setuju untuk menukar aliran di Costantinople
demi menyatukan kedua aliran yang saling bermusuh itu. Perwakilan dari
Eropa telah tiba di konstantinopel untuk tujuan tersebut. Constantine
XI berpidato di Gereja Aya Sofya menyatakan ketundukan Byzantium kepada
Katholik Roma. Hal ini telah menimbulkan kemarahan penduduk
Costantinopel yang beraliran Orthodoks. Sehingga ada di antara pemimpin
Orthodoks berkata, "sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi
Byzantine ini sorban orang Turki (muslim) daripada aku melihat topi
Latin!" Situasi ini telah mencetuskan pemberontakan rakyat terhadap
keputusan Constantine XI yang dianggap telah berkhianat.
Akhirnya
pasukan yang dipimpin langsung sultan Muhammad II sampai didekat
Konstantinople pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H.(6 April
1453 M). bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, dan tangan kanannya,
Halil Pasha dan Zaghanos Pasha mereka merencanakan penyerangan ke
Konstantinopel dari berbagai penjuru kota dengan berbekal 150.000 ribu
pasukan , meriam dan 400 kapal perang. Sulthan Muhammad II mengirim
surat kepada Paleologus untuk masuk Islam, menyerahkan penguasaan kota
secara damai atau memilih perang. Constantine Paleologus bertahan untuk
tetap mempertahankan kota. Ia dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran
Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng
tinggi 10-an meter tersebut memang sulit ditembus, selain itu di sisi
luar benteng dilindungi oleh parit-parit dalam. Dari sebelah barat
pasukan altileri harus membobol benteng setebal dua lapis sedangkan
dari arah selatan laut Marmara, armada laut turki utsmani harus
berhadapan dengan kapal perang Genoa pimpinan Giustiniani dan di arah
timur selat sempit tanduk emas sudah dilindungi dengan rantai besar
hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa melewatinya.
Constantine
XI Paleologus telah melakukan negosiasi dengan berbagai tawaran demi
untuk menyelamatkan kedudukannya. Akan tetapi Sulthan muhammad II
menolak semua tawaran itu justru sebaliknya ia memberi saran supaya
Costantinople diserahkan kepada Daulah utsmani secara aman. Sultan
muhammad II berjanji, jika Costantinople diserahkan secara aman, tiada
seorang pun yang akan diapa-apakan bahkan tidak ada gereja dan harta
benda penduduk Costantinople yang akan dimusnahkan.
Antara isi
kandungan ucapannya, "... serahkan kekaisaranmu, kota Costantinople.
Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam nyawa, harta dan
kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal dan hidup dengan
amat sejahtera di Costantinople, bebas berbuat demikian. Dan siapa yang
ingin meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga dipersilakan".
Keesokan
harinya, Sultan Muhammad II telah menyusun dan membagi tentaranya
menjadi tiga bagian. Pertama adalah gugus utama yang bertugas mengepung
benteng yang mengelilingi Costantinopel. Di belakang kumpulan utama
itu adalah tentara cadangan yang bertugas menyokong tentera utama.
Meriam telah diarahkan ke pintu Topkopi. Pasukan pengawal juga
diletakkan di beberapa kawasan strategis seperti kawasan-kawasan bukit
di sekitar Kota Byzantine. Armada laut utsmani juga diletakkan di
sekitar perairan yang mengelilingi Costantinople. Akan tetapi
kapal-kapal tidak bisa memasuki perairan Tanduk Emas disebabkan rantai
raksasa yang menghalanginya.
Semenjak hari pertama serangan,
tentera Byzantine telah berusaha keras menghalangi tentara islam
merapat ke pintu-pintu masuk kota mereka. Tetapi serangan tentera Islam
telah berhasil mematahkan halangan itu, ditambah dengan serangan
meriam dari berbagai sudut. Bunyi meriam saja telah menimbulkan rasa
takut yang amat sangat kepada penduduk Costantinople sehingga
menghilangkan semangat mereka untuk melawan.
Armada laut utsmani
telah mencoba beberapa kali untuk melepas rantai besi di Tanduk Emas.
Dan pada saat yang sama, mengarahkan serangan ke kapal-kapal Byzantine
dan Eropa yang tiba untuk menyerang. Namun usaha ini tidak berhasil,
kegagalan armada turki memberikan semangat kepada tentara Costantinople
untuk terus bertempur. Pada saat yang sama para pendeta berjalan di
lorong-lorong kota, mengingatkan penduduk supaya banyak bersabar serta
terus berdoa kepada Tuhan supaya menyelamatkan Costantinopel.
Constantine XI Paleologus juga sering bolak-balik ke Gereja Aya Sofya
untuk tujuan yang sama.
Walaupun begitu, kepungan armada laut
sultan muhammad II masih belum berhasil menerobos masuk disebabkan oleh
rantai besi yang melindungi Tanduk Emas. Pada saat yang sama, para
mujahidin tetap terus melancarkan serangan sehingga pada 18 April
1453M, pasukan penyerang berhasil meruntuhkan tembok konstantinopel di
Lembah Lycos yang terletak di sebelah barat kota namun dengan cepat
tentara constantine berhasil menumpuk reruntuhan sehingga benteng
kembali tertutup.
Pada hari yang sama, beberapa buah kapal
perang utsmani mencoba melewati rantai besi di Tanjung Emas. Akan
tetapi, gabungan armada laut Byzantine dan Eropa berhasil
menghalanginya bahkan banyak kapal perang utsmani yang karam oleh
serangan armada laut eropa dan Byzantium.
Dua hari setelah
serangan itu, terjadi sekali lagi perang laut antara kedua belah pihak.
Sultan Muhammad II sendiri mengawasi pertempuran dari tepi pantai.
Saat itu juga, Sultan menunggang kudanya sehingga ke tepi laut sambil
berteriak dengan sekuat tenaga untuk memberikan semangat. Kesungguhan
Sultan Muhammad II berhasil menaikkan semangat tentaranya. Namun,
gabungan armada eropa dan konstantinopel berhasil mematahkan serangan
mujahidin walaupun mereka bersungguh-sungguh melancarkan serangan demi
serangan. Kegagalan tersebut menyebabkan Sultan mengganti Palta Oglu
dengan Hamzah Pasha.
Kegagalan serangan tersebut telah memberikan
kekhawatiran kepada tentara utsmani. Khalil Pasha yang merupakan
wazir/menteri ketika itu mencoba membujuk Sultan supaya membatalkan
serangan serta menerima saja perjanjian penduduk Costantinople untuk
tunduk kepada Daulah utsmani tanpa menaklukannya. Saran itu ditolak
mentah-mentah oleh Sultan. Kini tinggal memikirkan cara supaya armada
laut turki utsmani bisa melewati tanduk emas.
Salah satu
pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah
dirantai. Sampai akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dikemukakan
namun akhirnya dilakukan. Ide tersebut adalah memindahkan kapal-kapal
perang yang berada di perairan selat bosporus ditarik melalui darat
untuk menghindari rantai penghalang. Hanya dalam semalam 70-an kapal
bisa memasuki wilayah perairan Golden Horn ( Tanduk Emas ) melalui
jalur darat yang memiliki perbukitan yang tinggi dan terjal. (dari yang
saya pernah baca teknisi menggunakan 2 buah gelondongan kayu yang
diapit menjadi satu sehingga bagian bawah kapal yang lebih lancip bisa
melewati celah antara gelondongan untuk mempermudahnya kayu2 diolesi
minyak sehingga licin, susunan kayu2 itu membentuk jalur yang
menghubungkan 2 laut yang berbeda).
Pada subuh pagi tanggal 22
April, penduduk kota yang lelap itu terbangun dengan suara pekik takbir
tentara Islam yang menggema di perairan Tanduk Emas. Orang-orang di
konstantinopel gempar, tak seorangpun yang percaya atas apa yang telah
terjadi. Tidak ada yang dapat membayangkan bagaimana semua itu bisa
terjadi hanya dalam semalam. Bahkan ada yang menyangka bahwa tentara
sultan mendapat bantuan jin dan setan !!??.... Yilmaz Oztuna di dalam
bukunya Osmanli Tarihi menceritakan salah seorang ahli sejarah tentang
Byzantium mengatakan:
“kami tidak pernah melihat dan tidak pernah
mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini.
Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia
menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti
gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa
yang dilakukan oleh Alexander yang Agung,”
Dengan posisi tentara
islam yang semakin kuat, Sultan Muhammad II melancarkan serangan
besar-besaran ke benteng terakhir konstantinopel. Tembakan meriam yang
telah mengkaramkan sebuah kapal dagang di Tanjung Emas, menyebabkan
tentara Eropa yang lain lari ketakutan. Mereka telah meninggalkan
pertempuran melalui kota Galata. Semenjak keberhasilan kapal mujahidin
memasuki perairan Tanjung Emas, serangan dilancarkan siang dan malam
tanpa henti.
Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" yang menggema
di segala penjuru Costantinople telah memberikan serangan psikologis
kepada penduduk kota itu. Semangat mereka terus luntur dengan ancaman
demi ancaman dari pekikan takbir mujahiddin. Ketika ribut yang belum
juga reda, penduduk Costantinople menyadari bahwa tentara Islam telah
membuat terowongan untuk masuk ke dalam pusat kota. Ketakutan melanda
penduduk sehingga mereka curiga dengan bunyi tapak kaki sendiri.
Kalau-kalau tentara 'turki' keluar dari dalam bumi !!
Sultan
Muhammad II yakin bahwa kemenangan semakin tiba, mendorong beliau untuk
terus berusaha agar Constantine XI Paleologus menyerah kalah tanpa
terus membiarkan kota itu musnah akibat gempuran meriam. Sekali lagi
Sultan mengirim utusan meminta Constantine XI Paleologus agar
menyerahkan Costantinople secara aman. Costantine telah berunding dengan
para menterinya. Ada yang menyarankan supaya mereka menyerah kalah dan
ada pula yang ingin bertahan sampai akhir. Costantine akhirnya setuju
dengan pandangan kedua lantas mengirimkan balasan ,
"...
syukur kepada Tuhan karena Sultan memberikan keamanan dan bersedia
menerima pembayaran jizyah. Akan tetapi Costantine bersumpah untuk
terus bertahan hingga ke akhir hayatnya demi takhta... atau mati dan
dikuburkan di kota ini!".
Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad
Al-Fatih bersama tentaranya meluruskan niat dan membersihkan diri di
hadapan Allah SWT. Mereka membanyakkan solat, doa dan zikir dengan
harapan Allah SWT akan memudahkan kemenangan. Para ulama pula memeriksa
barisan tentara sambil memberi semangat kepada para mujahidin. Mereka
diingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta kemuliaan para
syuhada' terdahulu khususnya Abu Ayyub Al-Ansari RA.
"...sesungguhnya
apabila Rasulullah SAW tiba di Madinah ketika kemenangan hijrah,
baginda telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari. Sesungguhnya Abu
Ayyub telah pun datang (ke Costantinople) dan berada di sini!"
Kata-kata inilah yang membakar semangat tentara islam hingga ke
puncaknya.
Pada saat yang sama, penduduk Costantinopel berdoa
dirumah dan gereja-gereja mereka dengan khidmat berharap Tuhan
menolong mereka.........
Tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jamadil
Awal 857H / 29 Mei 1453 M, serangan umum dilancarkan. Sulthan Muhammad
Al-Fatih sebelum penyerangan umum sulthan memberikan pidato kepada
tentara Islam :
“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka
sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari
mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa
yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan
penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu
persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah
ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan,
menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada
diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka
tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya
mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya
yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”
Diiringi hujan
panah, tentara turki islam maju dalam tiga lapis pasukan, irregular di
lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan
khusus Yanissari. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara
takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Penduduk Costantinople
telah berada di puncak ketakutan mereka pagi itu. Mujahidin yang memang
menginginkan mati syahid, begitu berani maju menyerbu tentara
konstantinopel.
Tentara islam akhirnya berhasil menembus kota
Costantinople melalui Pintu Edirne dan mereka telah berhasil
mengibarkan bendera Daulah utsmani di puncak kota. Constantine XI
Paleologus yang melihat kejadian itu melepas baju perang kerajaannya
dan maju bertempur bersama pasukannya hingga menjadi martir dan tak
pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri melarikan diri
meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri
lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan
gugur di peperangan.
Berita kematian Costantine telah menaikkan
lagi semangat tentara Islam untuk terus menyerang. Namun sebaliknya,
bagaikan pohon tercabut akar, tentara konstantinopel menjadi tercerai
berai mendengar berita kematian Rajanya.
Tepat pada hari Selasa
tanggal 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan tanggal 29 Mei 1453 M,
Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukan oleh para mujahiddin,
Sulthan Muhammad II kemudian dia turun dari kudanya dan memberi
penghargaan pada pasukan dengan ucapannya “MasyaAllah, kalian telah
menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan konstantinopel yang telah
Rasulullah kabarkan” baru kemudian beliau sujud kepada Allah SWT di
atas tanah, sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan
diri dihadapan-Nya.
Pada hari itu, mayoritas penduduk
Costantinople bersembunyi di gereja-gereja sekitar kota. Sultan
Muhammad Al-Fatih berpesan kepada tentaranya supaya berbuat baik kepada
penduduk Costantinople. Beliau kemudian menuju ke Gereja Aya Sofya
yang ketika itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk
kota. Ketakutan jelas terbayang di wajah masing-masing penduduk ketika
beliau menghampiri pintu gereja. Salah seorang pendeta telah membuka
pintu gereja, dan Sultan meminta beliau supaya menenangkan penduduk.
Selepas
itu, Sultan Muhammad II meminta supaya gereja berkenaan ditukar
menjadi masjid supaya Jumat pertama nanti bisa dikerjakan sholat jumat.
Sementara gereja lainnya tetap seperti biasa. Para pekerja bertugas
menanggalkan salib, patung dan menutupi gambar-gambar untuk tujuan
sholat. Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama para muslimin
telah mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama
di Aya Sofya itu disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak Semsettin. Nama
Costantinople kemudiannya diganti "Islam Bol / Islambul", yang berarti
"Kota Islam" dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota ketiga Khilafah
Othmaniyyah setelah Bursa dan Edirne.
Atas jasanya Sultan
Muhammad II diberi gelar Al-Fatih ( penakluk ), sehingga beliau sering
dipanggil Sultan Muhammad Al-Fatih. Pertempuran merebutkan kota
konstantinopel berlangsung dari tanggal 6 april s/d 29 mei 1453, atau
hampir 2 bulan lamanya.
Kamis, 11 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar