1. Ki Nartosabdo
Ki Nartosabdo adalah seorang seniman
musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia.
Nama asli Ki Nartosabdo adalah Soenarto. Merupakan putra seorang perajin
sarung keris bernama Partinoyo.
Ki Nartosabdo dapat dikatakan sebagai
pembaharu dunia pedalangan di tahun 80-an. Gebrakannya dalam memasukkan
gending-gending ciptaannya membuat banyak dalang senior yang
memojokkannya. Bahkan ada RRI di salah satu kota memboikot hasil
karyanya. Meskipun demikian dukungan juga mengalir antara lain dari
dalang-dalang muda yang menginginkan pembaharuan di mana seni wayang
hendaknya lebih luwes dan tidak kaku.
Selain sebagai dalang ternama, Ki Narto
juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang sangat produktif.
Melalui grup karawitan bernama Condong Raos yang ia dirikan, lahir
sekitar 319 buah judul lagu atau gending, antara lain yang terkenal
Gambang Suling, Ibu Pertiwi, Klinci Ucul, Prau Layar, dan Rujak Jeruk.
2. Tjetjep Supriyadi R. H.
Nama Aslinya Adalah Tjetje, sedang
Suprijadi adalah nama yang ditambahkannya sendiri di belakang nama
aslinya karena kekagumannya dengan pahlawan PETA, Suprijadi.
Ketertarikannya akan wayang bisa dibilang agak terlambat, waktu dia
sudah sebagai seorang guru. Termotivasi dari rendahnya mutu pendramaan
dan sastra pedalangan wayang golek yang tidak berkembang. Ki Tjetjep
Suprijadi menggali sastra Jawa Kuna untuk meningkatkan mutu sastra
bahasa terutama untuk antawecana dan kawih. Dia adalah seorang dalang
yang memegang teguh pakem dan paugeran pedalangan yang baku.
Pak Tjejep Suprijadi dikenal sebagai
dalang Wayang Golek Purwa Sunda yang sangat populer di Jawa Barat dan
DKI Jakarta pada dekade 1970-an sampai 1980-an. Selain sering mendalang
di berbagai kota di Jawa Barat, Tjetjep Supriyadi juga mendalang untuk
rekaman kaset, dan hasil penjualannya cukup baik.
Dialah salah seorang dalang yang sangat
selektif dalam menerima siswa. Walaupun banyak juga yang mengaku sebagai
siswanya hanya karena berguru melalui rekaman kaset atau menonton
pertunjukannya. Dia merasa bangga jika ada dalang-dalang muda yang
mengaku banyak belajar dari pakelirannya. Salah satu siswa yang dibina
dan kini menjadi seorang dalang yang sedang menanjak prestasinya adalah
puteranya sendiri Eka Tjetejp Suprijadi.
3. Ki Anom Suroto
Ki Anom Suroto adalah
seorang dalang Wayang Kulit Purwa. Ia mulai terkenal sebagai dalang
sejak sekitar tahun 1975-an. Ia lahir di Juwiring, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah, Rabu Legi 11 Agustus 1948. Ilmu pedalangan dipelajarinya
sejak umur 12 tahun dari ayahnya sendiri, Ki Sadiyun Harjadarsana.
Selain itu secara langsung dan tak langsung ia banyak belajar dari Ki
Nartasabdodan beberapa dalang senior lainnya.
Pada tahun 1968, Anom Suroto sudah
tampil di RRI (Radio Republik Indonesia), setelah melalui seleksi ketat.
Tahun 1978 ia diangkat sebagai abdi dalem Penewu Anon-anon dengan nama
Mas Ngabehi Lebdocarito. Tahun 1995 ia memperolah Satya Lencana
Kebudayaan RI dari Pemerintah RI.
Hingga akhir abad ke-20 ini, Anom Suroto
adalah satu-satunya yang pernah mendalang di lima benua, antara lain di
Amerika Serikat pada tahun 1991, dalam rangka pameran KIAS (Kebudayaan
Indonesia di AS). Ia pernah juga mendalang di Jepang, Spanyol, Jerman
Barat (waktu itu), Australia, dan banyak negara lainnya. Khusus untuk
menambah wasasan pedalangan me-ngenai dewa-dewa, Dr. Soedjarwo, Ketua
Umum Sena Wangi, pernah mengirim Ki Anom Suroto ke India, Nepal,
Thailand, Mesir, dan Yunani.
4. Asep Sunandar Sunarya
Asep Sunandar Sunarya yang
lebih dikenal dengan panggilan Asep Sunarya, adalah dalang wayang golek
yang menciptakan si Cepot. Wayang yang rahang bawahnya bisa
digerak-gerakkan jika berbicara, juga dapat merentangkan busur dan
melepaskan anak panah, tanpa bantuan tangan dalang. Dengan karyanya itu,
dia pantas disebut sebagai pendobrak jagat wayang golek di Indonesia.
Dia dipuji dan juga dikritik dengan
karya terobosannya itu. Namun, kritikan itu makin memacu semangat dan
kreativitasnya. Keuletannya membuahkan hasil, namanya semakin populer.
Terutama setelah Asep meraih juara dalang pinilih I Jawa Barat pada 1978
dan 1982. Kemudian paada 1985, ia meraih juara umum dalang tingkat Jawa
Barat dan memboyong Bokor Kencana. Pengakuan atas kehandalan dan
kreativitasnya mendalang, bukan saja datang dari masyarakat Jawa Barat
dan Indonesia, tetapi juga dari luar negeri. Dia pernah menjadi dosen
luar biasa di Institut International De La Marionnete di Charleville
Prancis. Dari institut itu dia mendapat gelar profesor.
Asep Sunarya lahir 3 September 1955 di
Kampung Jelengkong, Kecamatan Baleendah, 25 km arah selatan Kota
Bandung. Bernama kecil Sukana, anak ketujuh dari tiga belas bersaudara
keluarga Abah Sunarya yang dikenal sebagai dalang legendaris di tanah
Pasundan.
5. Ki Manteb Soedharsono
Ki Manteb Soedharsono adalah
seorang dalang wayang kulit ternama yang dari Jawa Tengah. Karena
keterampilannya dalam memainkan wayang, ia pun dijuluki para
penggemarnya sebagai Dalang Setan. Ia juga dianggap sebagai pelopor
perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern. Manteb
Soedharsono adalah putra seorang dalang pula, bernama Ki Hardjo Brahim.
Ia dilahirkan di desa Jatimalang, Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada tanggal 31 Agustus 1948.
Ki Manteb mulai mendalang sejak kecil. Namun, popularitasnya sebagai seniman tingkat nasional mulai diperhitungkan publik sejak ia menggelar pertunjukan Banjaran Bima sebulan sekali selama setahun penuh di Jakarta pada tahun 1987.Ki Manteb mengaku, Banjaran Bima merupakan tonggak bersejarah dalam hidupnya. Sejak itu namanya semakin terkenal. Bahkan, pada tahun 90-an, tingkat popularitasnya telah melebihi Ki Anom Suroto, yang juga menjadi kakak angkatnya
1 komentar:
Ki Nartosabdo dan Ki Anom Suroto merupakan tokoh dalang populer
Posting Komentar